the fighter

My photo
I'm far away from perfection but I'm perfectly who I am. Being 17 going to be 18 is not easy sometimes. I found myself a stubborn, rebellious, and sensitive person. but i guess it's because I'm human, with heart. My passion is to chase my dreams

Sunday, August 28, 2011

optic illusion

you must try it!



coba fokus di tengah. pasti semua garis jadi rapi. hehe

Monday, August 15, 2011

aku sudah tidak perawan (part 2)

Beberapa bulan kemudian....
Hari itu dia terlihat gelisah sekali di dalam kelas. Setiap kali aku tanya, dia hanya diam. Kemudian entah ditelan bumi atau langit, dia tiba-tiba menghilang. Aku mendatangi rumahnya, dia selalu tidak ada, malahan aku diceramahi mamanya karena dianggap aku yang selalu mengajak pergi dia.
Tiba-tiba di laci mejaku, aku menemukan sebuah surat. Dia mengajakku ketemuan setelah pulang sekolah. Memang sih, hampir seminggu dia sudah tidak masuk sekolah. Mukanya pucat, bibirnya sendu, raut mukanya pilu saat aku melihatnya. Aku tidak berani bertanya atau berkata apa-apa. Aku hanya diam. Tiba-tiba dia bercerita kembali kepadaku.
Sudah 2 bulan ini, aku terlambat bulan. Aku bingung, dan aku tidak berani menceritakannya kepada siapapun. Aku menemuinya (cowok yang sudah menghamili dia). Cowok itu malah menyalahkanku karena sebagai perempuan, aku itu murahan sekali. Hiks.. sedih mendengarnya. Karena aku masih SMA kelas 2, kalau sampai hamil... aku tidak akan bisa lulus SMA.
Karena bingung, akhirnya aku cerita kepada Sir.T(guru matematika di sekolah kami). Dia menyarankanku untuk memeriksakan diri di salah satu rumah bersalin di luar kota. Dan katanya, rumah sakit itu bisa untuk diajak bernegosiasi untuk praktek aborsi. Aku pun menyanggupinya. Tapi Sir.T menyarankan supaya aku minta uang terlebih dahulu kepada si cowok sebagai biaya perawatan di rumah bersalin tersebut.
Aku menemuinya, dan minta uang sebesar 1 juta rupiah untuk biaya perawatan. Dalam 2 hari, dia memberikan uang itu kepadaku. Kemudian aku pergi kesana, sendirian. Uh... takut banget untuk masuk ke rumah bersalin itu. Apalagi, waktu itu aku ditanyai macam-macam oleh dokter dan suster yang ada disitu. Setelah pemeriksaan selama 15 menit, ternyata hasilnya negatif. Ah, ternyata Tuhan itu masih sayang padaku.
Bercerita sampai disitu, aku memotong sebentar. Ooo... jadi beberapa hari ini kamu ndak masuk sekolah karena itu? Dia tidak menjawab hanya menganggukkan kepala sambil tertunduk lesu. Mmm... aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku mendekat padanya, dan memeluknya. Cuma pelukan yang aku bisa berikan.
Di dalam pelukanku, dia bertanya,"apa yang harus aku lakukan?"
Beberapa waktu terasa hening, karena aku pun tidak tahu, apa solusi yang tepat untuk itu. Kemudian aku hanya berkata,"Tuhan tahu apa yang harus kamu lakukan. Cari Tuhan, dan disitulah ada jawaban." Cuma itu petuah bijak yang dapat keluar dari mulut kecilku.
Waktu terus berjalan, dan akhirnya tiba saatnya kenaikan kelas. Selama menjalani sisa kelas dua, beberapa kali dia memang terlihat sangat depresi. Bahkan orang tuanya sampai dipanggil guru BP, untuk menanyakan mengapa dia sangat tidak bersemangat untuk belajar dan prestasinya sangat menurun. Karena dulu sewaktu SD-SMA kelas 1, dia selalu berada di peringkat 5 besar. Dan saat kelas 2 itu, ada 2 mata pelajaran yang nilainya sampai merah. Tapi, dia tetap baik dengan cowok itu. Heran...
Kelas 3, mereka (temenku dan si cowok) berpisah. Selain berbeda kelas, mereka juga berbeda jurusan. Dan malangnya, setiap kali berpapasan, si cowok selalu berusaha menghindar dan berpura-pura seolah tidak pernah mengenalinya. Aku pun tidak dapat berbuat banyak. Setiap kali kami bisa ngobrol berdua, aku selalu memeluknya dan hanya berkata,"Aku mengasihimu, tapi Tuhan ada dan lebih mengasihimu. Tuhan tidak mencari orang-orang yang suci, tapi orang yang mau beri hati sepenuhnya buat Dia."
Awalnya dia tidak bergeming setiap aku bisikkan atau teriakkan nama Yesus. Tapi, tiba-tiba suatu hari dia berkata, aku mau percaya Yesus. Aku mau dibaptis. Wow... itu hal yang sangat mengejutkanku. Spontan saja hatiku melonjak dan aku membawanya masuk gereja dan kemudian dibaptis (tanpa sepengetahuan orang tuanya).
Tak terasa waktu kelulusan telah tiba. Nilai-nilainya kelas 3 ini, naik cukup signifikan. Bahkan di hari kelulusan dia mendapat rangking pertama di kelas. Ah, jadi ngiri... Undecided. Dan setelah itu, dia diterima di salah satu PTN di Jawa Tengah.
Semenjak kelulusan, beberapa kali kami terkadang masih bertemu. Wajahnya sudah kembali ceria dan Yesus kini ada di hatinya. Namun, terakhir kali dia menghubungiku, hatinya kembali galau dan resah. Dia sedang dekat dengan seorang cowok yang lain. Tapi, dia takut untuk kembali menjalin hubungan baru. Cowok itu terus saja meyakinkannya. Dan akhirnya... dia mengiyakan.
Dia bertanya padaku,"Apakah aku harus menceritakan masa laluku itu pada calon suamiku kelak?" Sampai sekarang, aku belum memberi jawab. Aku hanya berkata,"Tanyakan pada Yesus, Dia yang tahu jawabnya (hahaha... ini jawaban ngeles...Tongue out)

aku sudah tidak perawan lagi

Suara dobarakan pintu itu membuyarkan lamunanku. Kontan saja aku berlari dan dengan sesegera membukakannya. Dan dengan sangat terheran-heran, aku lihat seorang cewek yang bermata sembab dan sayu, wajah pucat pasi, rambut tidak beraturan sedang berdiri di depanku. Perlu waktu beberapa menit untuk aku mengenali cewek itu. Dan ternyata... dia teman sekolahku (dulu).
Tanpa menunggu aba-aba dariku, dia langsung mendekapku dan menangis sekeras-kerasnya... kemudian badannya lemas, dan dia pingsan dalam pelukanku. Itu bener-bener malam yang mencekam buatku. Aku tidak tahu menahu apa yang sedang terjadi, tiba-tiba seorang sahabatku terkulai lemah tak berdaya di ranjangku. Sembari menunggu dia sadar, aku bertanya-tanya dalam hatiku Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?
Ketika aku sudah mulai loyo juga, dan sesaat aku sempat tertidur juga di kursi samping ranjang, tiba-tiba dia sadar. Saat sadar pun, dia langsung menangis kembali. Tapi sebelum tetangga satu kampung datang semua, aku mengultimatum dia,"Kamu boleh nangis... tapi jangan kenceng-kenceng, ini sudah malam." Dan entah apa yang terjadi, dia diam dan mulai bercerita denganku.
Dia punya temen sekolah (satu kelas) yang menurutnya sangat ganteng dan baik kepadanya (cowok). Cowok itu sering mengajaknya bercanda dan menjadi pendengar yang setia untuk setiap masalah dan keluhannya. Tapi entah mengapa, setiap kali ada orang yang tahu ketika mereka sedang berbicara, tiba-tiba saja cowok itu pergi. Dan di depan semua orang, seakan-akan cowok itu tidak pernah kenal "dekat" dengannya.
Hal itu berlangsung terus selama setahun. Dan memasuki hubungan "rahasia" mereka di tahun yang kedua, tidak ada perubahan dari hubungan mereka. Malahan si cewek semakin merasa "nyaman" untuk bersama dengannya. Beberapa kali mereka pernah jalan bareng (istilah kerennya ngedate), tetapi tentunya tanpa sepengetahuan orang lain. Di kelas, sebagai imbal baliknya... si cewe selalu memberikan contekan gratis untuk setiap tugas-tugas dan test-test yang diberikan oleh para pengajar. Bahkan, tidak jarang si cewek harus membuat dua tugas atau menulis dua kertas ulangan sebagai bukti pengorbanannya.
Sampai suatu malam.... si cewek sedang menghadapi dilema besar di keluarganya... papanya akan kawin lagi. Dan si cowok pun juga sedang menghadapi masalah yang tak kalah rumit.... dia diputus oleh pacarnya. Mereka berdua bertemu... jalan-jalan keliling kota... dan akhirnya berhenti di suatu tempat. Kemudian......
Sampai disini temanku itu tadi langsung menjerit histeris. Uh... aku hanya bisa mengambil handuk untuk mengelap keringatnya yang bercucuran sedari tadi. Setelah menyalakan fan di kamarku, aku bertanya,"Kemudian apa??"
Dia tidak menjawab. Setelah histeris... dia diam... tertunduk lesu.... Cry
Aku tidak mengerti apa maksudnya. Aku tidak berani mereka-reka sesuatu yang terlalu jauh. Tapi aku juga penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Dia hanya bilang,"Aku takut... aku malu.... aku bingung.... aku.... aku... aku..." Frown sambil terisak-isak... semua air mata tumpah...
Sempat aku malah terbawa emosi dan membentaknya,"Hey...!!!Kamu kenapa?!?! Apa yang terjadi?!?!?! Kemudian apa?!?!?! "
Wah... dia malah semakin diam. Dan aku jadi ketakutan... takut kalau-kalau dia pingsan lagi... duh, gimana ni?? Aku sendirian. Kemudian aku mulai lembut dan meminta maaf kepadanya. Sesudah itu, kami berdua sama-sama terdiam. Hanya suara fan di kamarku yang lumayan berisik dan beberapa suara jangkrik yang terdengar.
Dan tiba-tiba dia memecah keheningan malam dengan berkata,"Aku sudah tidak perawan lagi..." Cry
Mendengar itu, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kemudian dia diam... dan kami saling berpelukan.... Dan aku tidak punya kosa kata yang cukup untuk berbicara kepadanya. Hingga akhirnya aku hanya memeluknya dan membiarkannya tidur untuk sejenak melupakan kepenatan hidupnya...... Innocent